PLUTO

Detak jantungku berdetak menyisakan jeda cukup lama. Seluruh jemari mulai bergetar dengan sendirinya. Kulit tubuh terasa mengelupas sedikit demi sedikit. Pelipisku dipenuhi keringat. Gerak tubuhku seperti rumput tanpa tulang.

Lihatlah bagaimana aku merasa kehilangan.

Kehilangan karena kebodohanku sendiri.


Suatu hari kala kududuk di sisi pohon beringin, ia mencaciku dengan sebutan "Kau manusia terbodoh!". lalu aku hanya bisa menangis dan menatap langit. 

langit yang kulihat biasa saja,  tak seperti langit yang selalu didambakan para penyair.

lalu aku bicara pada pohon beringin itu, "Aku hanya ingin tidur dengan tenang."

sambari mencaciku,  pohon beringin itu meneduhiku dengan milyaran daun yang ia punya.


Aku terbangun karena cacian beringin berubah menjadi "Kau manusia pemalas!".

"kau tahu berapa hari kau tertidur pulas?"

"Tiga hari! tiga hari kau tertidur!"

kau tahu apa yang terberat dari manusia yang bisa mendengar? adalah ia bisa mendengar.


setelah kehilangan, rasanya Tuhan bukan hanya mengambil apa yang kupunya, tapi amarahku-pun diambil oleh-Nya.

aku tak lagi bisa marah. aku hanya bisa diam atau bicara sebisaku.

"Kau tahu kenapa aku bodoh?" ucapku sembari membersihkan rerumputan yang menempel di gaun tidurku.

"Barangkali aku tak pernah tidur dengan tenang."

"Terima kasih, 3 hari adalah waktu yang lama walau aku harus terus menerima cacian darimu."

setelah itu, tak kudengar lagi darinya bicara tentangku.


aku kehilangan sesuatu yang berharga, hal itu tak bisa aku definisikan sebagai hal yang bisa dihitung atau benda padat yang bisa dibawa kemana-mana. aku kehilangan hal yang lebih besar dari itu. 

aku kehilangan kepercayaan.


kepercayaan orang lain, 

dan kepercayaan diriku sendiri.


June




Komentar

Postingan populer dari blog ini

There’s Wrong

HARI

TENANG