Hai teman-teman, saat saya menulis ini, saya sedang ingin mengutarakan perasaan saya yang tak bisa saya katakan langsung kepada kedua orang tua saya. Hari ini saya menyadari, bahwa ternyata hanya SAYA yang selama ini berusaha memperbaiki semuanya. Dulu, ketika saya belajar sosiologi di kelas, guru saya membahas tentang perubahan sosial yang cukup menakjubkan. Alhasil saya mulai membangun mimpi saya sepulang saat hari itu saya belajar. Mimpi saya yang pertama. Saya mempunyai mimpi untuk tak lagi melanjutkan apa yang sudah kedua orang tua saya lakukan. Dari mulai pengetahuan agama, tingkat pendidikan, bahkan pernikahan. Kedua orang tua saya minim pengetahuan agama, dan akhirnya hanya mampu menyekolahkan anak di sekolah agama, tanpa adanya sentuhan psikologis dari kedua orangtua saya. Itu terlihat juga dari cara kerja kedua orang tua saya dalam pengasuhan dan hubungan seksualitasnya. Ayah saya berselingkuh dan Ibu saya selalu sibuk untuk menjadi FBI, m...
Aku ingin menciptakan suatu hari. dimana di hari itu, aku tidak akan memaafkan manusia lain, selain diriku. di hari itu, aku akan abai terhadap hal kecil yang dilakukan siapapun. tidak ada apresiasi atau pujian hangat untuk penyemangat. di hari itu, aku hanya akan peduli pada diriku sendiri. di hari itu juga, aku tidak akan membalas pesan dengan cepat. tidak akan aku mengkhawatirkan siapapun. tidak akan aku menjaga hati. tidak akan aku mengabari kemana aku pergi dan kembali. tidak akan aku perhatikan orang lain, selain diriku. tidak akan aku menunggu bersabar tersenyum bahkan berbaik hati. kekejaman ini aku dapat di hari-hari yang tak pernah Aku buat. diabaikan, tidak berharga, tidak ada kata maaf, atau memberi ucapan selamat. di hari itu, aku Hanya akan meluapkan kemarahan untuk siapapun yang membatasiku. aku akan mengepalkan tangan di hadapan wajahmu, dan bicara lantang, "Aku tidak peduli!"
Ini salahku ketika aku terlalu larut dalam permainan. Tapi betapa baiknya Tuhanku yang masih mengingatkan. Bahwa diriku, dirinya, dan semua orang yang kusayangi hanyalah miliknya. Ditamparnya diriku oleh kenyataan ayat-ayat Tuhan. Bahwa semua akan kembali menjadi segumpal darah. Kini, aku terima segala hal di depan. Kini, aku terima segala bentuknya. Kini, aku pasrahkan segalanya. Kucoba untuk menjadi tenang.
Komentar
Posting Komentar