TEMBAKAU

"Kau takkan pernah tahu rasanya, sebelum kau cicipi setidaknya sedikit"

***

aku tak pernah tahu kenapa Ibu selalu bilang "Hanya ini, yang selalu ada untukku!"

aku merasa dikhianati oleh sebatang tembakau. aku merasa kehadiranku cukup untuk menjadi alasan Ibu tetap berdiri sekarang. aku membenci kumpulan sampah tembakau yang selalu penuh di bak sampah.

anehnya, Ibu selalu bisa menangis dengan tenang bersama tembakau itu. nafasnya selalu teratur, dan Masih bisa tersenyum walau aku tahu hatinya sedang mendidih. 

aku melarang Ibu untuk terus mengahabisi 9 bungkus perharinya. Aku bilang aku tak ingin menjadi piatu lebih cepat. aku belum siap.

lalu Ibu tertawa.

"Panjang umur, untuk pabrik tembakau yang tak pernah tutup" katanya.

aku menyerah.


Tapi kalian tahu apa yang lucu?

menjilat ludah sendiri memang paling lezat.


duniaku sedikit retak. bukan, bukan hancur. Hanya retak saja.

tapi retaknya cukup membuatku gila.

Aku tak pernah tahu isi hatiku ketika aku sudah mengapung di tengah-tengah samudera.

entah Iblis mana yang menghasut hidupku. tapi ia seperti malaikat penyelamatku.

"Masalahmu, Hanya seperti sebatang tembakau"


malaikat itu membawaku ke dasar pulau. mengajariku caranya hidup. sendirian. satu demi satu. perlahan-lahan. hingga aku bisa kembali.


aku bertanya, kemana semua orang? aku hampir gila! 

Hahahaha


Ibu benar, 

Ibu selalu benar!

Hahaha!


June,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

There’s Wrong

HARI

TENANG