Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

TENANG

Ini salahku ketika aku terlalu larut dalam permainan. Tapi betapa baiknya Tuhanku yang masih mengingatkan. Bahwa diriku, dirinya, dan semua orang yang kusayangi hanyalah miliknya. Ditamparnya diriku oleh kenyataan ayat-ayat Tuhan. Bahwa semua akan kembali menjadi segumpal darah. Kini, aku terima segala hal di depan. Kini, aku terima segala bentuknya. Kini, aku pasrahkan segalanya. Kucoba untuk menjadi tenang.

HARI

Aku ingin menciptakan suatu hari. dimana di hari itu, aku tidak akan memaafkan manusia lain, selain diriku. di hari itu, aku akan abai terhadap hal kecil yang dilakukan siapapun.  tidak ada apresiasi atau pujian hangat untuk penyemangat.  di hari itu, aku hanya akan peduli pada diriku sendiri. di hari itu juga, aku tidak akan membalas pesan dengan cepat.  tidak akan aku mengkhawatirkan siapapun.  tidak akan aku menjaga hati.  tidak akan aku mengabari kemana aku pergi dan kembali. tidak akan aku perhatikan orang lain, selain diriku. tidak akan aku menunggu bersabar tersenyum bahkan berbaik hati.  kekejaman ini aku dapat di hari-hari yang tak pernah Aku buat. diabaikan, tidak berharga, tidak ada kata maaf, atau memberi ucapan selamat. di hari itu, aku Hanya akan meluapkan kemarahan untuk siapapun yang membatasiku. aku akan mengepalkan tangan di hadapan wajahmu, dan bicara lantang, "Aku tidak peduli!"

RUANG TUNGGU

suatu hari nanti, Hanya akan ada dua kabar besar yang akan bisa kalian dengar. tentang kepergianku atau, tentang kematianku. saat itulah, tak satupun mata berpaling dariku.

LELAH

Ada pesan dari semesta, Katanya, ada yang bisa mengalahkan cinta. Yaitu, lelah.

DUNIA TERBALIK

Sekali saja, aku ingin berada tepat dimana kau berdiri saat ini. Aku ingin tak peduli dengan hal-hal kecil. Seperti mengucapkan selamat pagi kepada dunia, atau selamat mimpi indah, atau sekedar berkata aku mencintaimu. Aku ingin meninggalkan semua hal tentang apresiasi dan menghargai hal-hal yang dilakukan, walaupun hanya sekedar berkata aku sangat merindukanmu. Aku ingin tak menghawatirkan hal-hal kecil, lagi. Aku ingin bebas, lagi. Aku pikir aku terlalu menjadi manusia yang baik. Aku rasa aku terlalu bermurah hati untuk selalu menanjungmu, menghargaimu. Hingga kau melewatkanku, bahkan aku melewatkan diriku sendiri.  Bagaimana? Jika duniamu, ada ditanganku? Kita balik untuk sesaat? Aku ingin merasakan apa yang kau rasakan, sebentar saja.  June,

BERISIK

Bukankah semua tentang waktu? Bahwa semuanya dipermainkan oleh waktu, menunggu waktu yang tepat, akan ada waktunya, mati ada waktunya, nanti ada waktunya, waktu, waktu, dan waktu.  Bukankah semua hanya tentang sabar? Sabar ya, nanti ada saatnya. Sabar ya, nanti ada buah manis yang dipetik.  Harus kembali lagi menambahkan kata sabar dalam waktu. Tak salah jika banyak manusia yang gila karena kesabarannya terlanjur habis. Bahwa benar banyak manusia yang terlalu menguji kesabaran manusia yang lain.  Bukankah semuanya tentang saling? Seharusnya manusia saling menguntungkan? Saling tepat waktu? Saling mengisi? Saling sabar? Saling baik? Saling cinta? Saling, saling, dan saling? Jadi apa sebenarnya yang salah? tak tau Waktu? tak Sabar? Atau tak saling? June,

TEMBAKAU

"Kau takkan pernah tahu rasanya, sebelum kau cicipi setidaknya sedikit" *** aku tak pernah tahu kenapa Ibu selalu bilang "Hanya ini, yang selalu ada untukku!" aku merasa dikhianati oleh sebatang tembakau. aku merasa kehadiranku cukup untuk menjadi alasan Ibu tetap berdiri sekarang. aku membenci kumpulan sampah tembakau yang selalu penuh di bak sampah. anehnya, Ibu selalu bisa menangis dengan tenang bersama tembakau itu. nafasnya selalu teratur, dan Masih bisa tersenyum walau aku tahu hatinya sedang mendidih.  aku melarang Ibu untuk terus mengahabisi 9 bungkus perharinya. Aku bilang aku tak ingin menjadi piatu lebih cepat. aku belum siap. lalu Ibu tertawa. "Panjang umur, untuk pabrik tembakau yang tak pernah tutup" katanya. aku menyerah. Tapi kalian tahu apa yang lucu? menjilat ludah sendiri memang paling lezat. duniaku sedikit retak. bukan, bukan hancur. Hanya retak saja. tapi retaknya cukup membuatku gila. Aku tak pernah tahu isi hatiku ketika aku sudah m...

STARS

Ia akan memilih dilangit sebelah mana ia harus bersinar cantik. Ia hanya akan muncul di tempat yang masih mengharapkan ia ada, Menunggu ia datang, dan menyambutnya dengan kehangatan. Ia tidak akan bersinar pada langit yang sudah dipenuhi oleh lampu-lampu rumah. Hal itu berarti, ia sedang cemburu. Suatu ketika di malam purnama, bintang yang biasanya cemburu kini terlihat ada, walau sendirian. Tak ada bintang lain di samping kanan dan kirinya. Tapi ia tampak berbeda, tak seperti ketika ia ada di langit Kalimantan kala itu. Kini ia berwarna kemerahan dan berkelip beberapaa kali. Dip dipdip. Dip dipdip. Begitu kira-kira kelipannya. Langit yang tampak heran, akhirnya bertanya kepada Bintang. "Bukankah kau tak suka disini? Lihatlah mereka! siapa yang akan melihatmu sendirian?" "Lihatlah perempuan itu! Ia sedang menungguku! Hanya menungguku!" Jawab bintang kegirangan. "Kau akan tahu betapa senangnya dinanti, walau hanya sepasang mata yang menantimu. Kau akan tahu, bet...

PLUTO

Detak jantungku berdetak menyisakan jeda cukup lama. Seluruh jemari mulai bergetar dengan sendirinya. Kulit tubuh terasa mengelupas sedikit demi sedikit. Pelipisku dipenuhi keringat. Gerak tubuhku seperti rumput tanpa tulang. Lihatlah bagaimana aku merasa kehilangan. Kehilangan karena kebodohanku sendiri. Suatu hari kala kududuk di sisi pohon beringin, ia mencaciku dengan sebutan "Kau manusia terbodoh!". lalu aku hanya bisa menangis dan menatap langit.  langit yang kulihat biasa saja,  tak seperti langit yang selalu didambakan para penyair. lalu aku bicara pada pohon beringin itu, "Aku hanya ingin tidur dengan tenang." sambari mencaciku,  pohon beringin itu meneduhiku dengan milyaran daun yang ia punya. Aku terbangun karena cacian beringin berubah menjadi "Kau manusia pemalas!". "kau tahu berapa hari kau tertidur pulas?" "Tiga hari! tiga hari kau tertidur!" kau tahu apa yang terberat dari manusia yang bisa mendengar? adalah ia bisa mend...